Skip to main content

Naek gunung

puncak
Awal minggu kedua dari bulan Mei duaribulimabelas. Begini, gw memakai sarung tangan, masker, sumpal telinga dengan earphone, buka smartphone dan radio on (87,6 fm Jakarta) langsung tancap gas menuju outdoor stores di bilangan Dr. Satrio Kuningan. Geliat keuangan tak diperhatikan dengan seksama/detail yang penting gw dapetin tu barang2, kalap. Walau gw sadar, itu semua barang akan berakhir di tangan adik gw yang udah duluan “gila” dengan tumpukan tanah yang menjulang tinggi ribuan meter di atas permukaan air asin tapi dia belum memiliki nya, lengkap dengan aturan2 sakralnya.  Yaitu yang bernama gunung.
Sudah seperti yang berpengalaman saja berada di kios outdoors, padahal mah kaga. Gw belaga so tau dengan istilah2 outdoor equipment, padahal modal browsing sana sini. Jujur  gw. Dan ucapan pertama belaga so tau gw adalah “sleeping bag”. Mas, ada sleeping bag? *dengan tangan kiri melingkar, hohoho.
Naik turun milihin jaket buat bergunung ria, kios itu dua lantai. Ga ada yang kepilih, kombinasi dari warna2 di jaket itu yang gw ga suka, ga ada kalem2nya. Pelayanya Cuma senyum kecut setelah saya tak  kunjung memberi keputusan untuk membeli jaket tidak sesuai dengan gw itu, mampus gw php in deh lu.
Setelah keluar dengan membawa tentengan, iya tentengan dari kata dasar tenteng yang gw ga tau itu bahasa terdaftar kaga di KBBI. Gw cuma dapet sleeping bag dan glove bolong jari. Untuk tas hiking hari berikutnya gw beli terpisah di toko outdoor lainya bersama dua temen gw di bilangan Kebayoran lama Jakbar.

Jumat barokah /tgif, gw mulai nih cerita naik gunung untuk yang kedua kalinya berdasarkan pengalaman dan untuk yang pertama kalinya akan gw perhatikan baik2 sampai sedetail mungkin kalo bisa, dan rasakan dengan  baik2 pula pijakan demi pijakan di trek gunung Gede.

Dua jam lebih cepat gw balik kerja, disamping kerjaan udh selesai dan gw butuh waktu untuk minjem matras ke temen gw di sekitar Salemba, gw pun selalu malas di hari jumat abis ashar itu. Satu lagi yang membuat gw kudu balik kerja lebih cepat, yaitu gw mw nebeng temen untuk pergi ke terminal Rambut kampungan (baca: Kampung rambutan). Bijak itu meng efisienkan segala tindakanya jadi, sekali jalan dua atau bahkan lebih kerjaan terselesaikan. Gittu.

Oke..  gw sampai di terminal dengan tampan  lengkap dengan carrier deuter Ace Aera 30L di punggung, tapi ampun dah matras ini meredupkan aura backpacker styles gw, jelek krn dibungkus kantung plastic  kresek terlakban. Oke lupakan style. Lanjut. Dua jam  lebih cepat gw balik gawe itu di bayar untuk menunggu dua jam lebih cepat juga menunggu 7 kawan2 yang masih pada di rumah, sementara gw udh duduk berteman nyamuk tertunduk bungkuk nyaris ngantuk dan batuk2 karena asep dari kumpulan bus. Tapi dari itu gw berkoar, menunggu itu tidak selalu menyebalkan sebenarnya, biasa lah bijak itu akan selalu memanfaatkan waktu senggang itu dengan kegiatan yang berguna, dengan makan misalnya karena gw laper juga saat itu.
Setelah nendang2 kaleng  dengan  kedua tangan masuk saku serta bulak balik kaya bajaj oren sialan, akhirnya pengecualian dari sesuai harapan mereka belum datang juga T_T *mataBerkacakaca, mereka masih pada ngebacot di whatsapp group saling sharing posisi, gw juga terlibat sih di grup itu. Akhirnya gw diam. Dan yeee mereka datang dua per atu,dua dua. Kami naik bus, tidur dan sampe perempatan Cipanas. Haha , Cuma butuh tidur untuk nyampe Cipanas.

@dasar gunung

Sebelum shubuh kami berdelapan (S,D,F,R,M,T,G dan Gf) itu inisial tim gw, di Sabtu itu langsung mendeklarasikan start to climb Gede mountain. Berdoa mulai.
Trek pertama langsung disantap dengan lahap tanjakan 30-40 derajat, itu membuat gw berpikir bahwa nasi uduk setelahnya adalah wajib dimakan,tapi itu hanya khayalan, nyatanya gw dan tim harus tetep semangat menuju puncak dan kegiatan makan nanti dilakukan di pos I walau kalori gw udh kebakar abis di trek ini.
Dengan persiapan fisik pramendaki yang berbeda dari pribadi masing2 tim, maka berbeda pula lah kondisi fisik yang dihasilkan dari setelah melakukan perjalanan sekitar kurang dari sekilometer. Ada yang masuk angin, lemes dan mual, beruntung gw walafiat sehat terbebas dari semua itu namun, gw ga nahan dinginya suhu di gunung ini(17-15 dc).

POS I


Nah acara makan. Goreng nugget, sosis dan nasi goreng lengkap dengan topping abon sapi yang gw request jauh2 hari. Lahap, walau selera makan gw jadi aneh dan iramanya ilang juga. Air bening, Suhu dingin tidak menyurutkan gw untuk nenggak minuman yang dingin juga ke mulut dan tenggorokan yang dahaga ini. Glek. Naik gunung itu keringetan dan disitu kadang gw merasa sedih, bukaaan, gw butuh minum. Di pos satu ini tak dilewatkan tanpa kamera mode on, jepret sana sini, alay sana sini dan kemudian beres2 logistik untuk kemudian mendaki lagi yang males bagi gw sbenarnya.
Nafas ini jadi sering sesak dan jantung ini berdenyut ekstra saat mendaki dengan semangat 45/86/2015 bambu runcing padahal, sambil membawa tas gunung 30L yang berat bawaanya menurut perkiraan gw 10 kg an. Berat bawaan ini membuat kaki kaki gw jadi mules2 dibuatnya, puncak masih nan jauh disana pula. “Puncak itu udh keliatan, tapi jalan menuju kesana tak abis2“ (kata2 Mathew/pendaki cilik).  
Dengan para pendaki tim lain kami sering salam sapa dan memberi semangat saat berpapasan atau mengejar langkah mereka. Gunung ini terbilang ramai pendaki saat long weekend, itu membuat nilai ekslusive dari wisata alam ini drastic berkurang I think. Pfff.


POS II

Tidak tau berapa persis waktu yang kami tempuh untuk sampai di pos ini, bijak bilang, “naik gunung tidak usah di target waktu untuk sampai puncak, yang terpenting adalah sampai di puncak dan kembali turun dengan tidak serangan jantung atau semacamnya”, itu kata bijak gw. Minum, ngemil roti tawar yang lepek serta saling tanya kondisi dari masing2 pribadi tim mengenai tingkat kelelahan yang didapat  dan efek yang ditimbulkan setelah bertanjak ria.

Summit attack, kami berdelapan mendaki diiringi nafas yang terengah-engah dengan langkah tergopoh-gopoh terus mendaki, ada yang tertinggal jauh dibwah, ada yang udah duluan diatas dan gw diantara itu yaitu tengah2. Gw putuskan untuk duduk sambil menunggu teman yang tertinggal dibawah, ternyata teman dibawah itu sama melakukan tindakan duduk seperti gw dengan mungkin diisi kepala dia sama kaya gw yaitu pikiran bersantai baca buku didekat perapian di rumah pastinya( Cuma khayalan). Setelah gw merasa bahwa ini temen di bawah sama lagi istirahat, akhirnya gw putuskan melangkahkan kaki terus ke atas mengejar temen yang udah didepan, taunya sama juga temen diatas sedang duduk duduk kecapean, heuh jadi saling nunggu sebenrnya ternyata.

Tigaratus meteran menuju alun2 surya kencana, disitu gw merasa patah arang putus asa nyerah dan kepikiran macem2, mulai dari helicopter, sepatu gas iron man, pintu kemantan saja doraemon bahkan kepingin berubah jadi burung elang indosiar untuk segera pulang ke kosan. Parah gila tanjakanya. 50 derajatan(cmiiw). Disamping suhu udah dingin, eh di tambah gerimis kecil yang semakin besar dan hujan. Tapi Hujan ini menyambut gw masuk ke alun2 surya kencana lebih tepatnya masuk warung kopi tenda untuk pesen pop mie, enak banget kan dingin2 maem inmodie. Di warung itu ternyata udah ada dua temen gw yang memberikan informasi bahwa mereka sudah melahap gorengan sebelas biji. Ampun, laper ya. (di puncak ada jg yang jual makanan mainstream yaitu gorengan, yang belakangan diketahui dan mohon next jangan deh beli makanan itu cz tahu tempe yang kapan tau itu berada, gw dapet info itu dari abang2 tukang kopi bergigi kuning langsatt,, uuwook)

Ketiga temen gw sudah di tenda kopi lainya, ternyata di alun sini banyak yg jualan udah kaya pasar di puncak gunung. Mereka tertidur tidak pulas berdua di tenda itu, satunya mah enggak. Dan hujan lagi, kamipun menunda untuk segera mendirikan tenda kami di barat jauh disana. Kegiatan menunggu reda hujan gw lakuin dengan  pesen kopi 5k (di abang bergigi kuning).

Menuju tempat pendirian tenda *berjalan, kami seperti biasa tidak melwatkan semuanya begitu saja tanpa kamera mode on, apalagi disekitar kami view nya bagus sekali untuk ukuran gw yang baru berada di tempat seperti ini. Hamparan bunga abadi edelwis yang belum mekar terluas di jawa barat merupakan tumbuhan asing di mata gw tersenyum melihat kami. Selfie, wefie, pose mainstream,  sampai alay stadium 4 pose kronis di jabanin.

Like this:





pose apa ini?




taken by: Sumargo


aquaman



boyben

kalo di perhatiin detail, gw ngakak.


cooking
Location decision, take space whatever. Kami mendapatkan tempat yang terbebas dari “ranjau”, dua tenda kami dirikan dengan cantik, apik, menarik dan nyentrik *apan sih, saling berhadapan dengan tenda cewek dan cowok, koridor antara kedua tenda itu kami gunakan untuk aktivitas masak memasak. Ada juga temen yang memasang hammock di samping kedua tenda itu, hammock adalah semacam kain lebar bertali untuk mengikatnya dipohon, ayunan broh istilah kerenya. Barusan gw browsing lagi, haha, sarjana browsing.
Boro-boro kepikiran untuk mandi di senja waktu itu (gw pribadi), rasanya dingin suhu diatas ini membuat kami merasa selalu bersih tanpa mandi, paling sikat gigi dan cuci muka sudah cukup. Kalo ga males. Dan  Selera makan gw  pun masih aneh.
Perkiraan perjalanan yang kami tempuh untuk mencapai alun surken ini adalah sebelas jam an (cmiiw), karena kami berangkat mendaki sebelum shubuh dan sampe sebelum ashar.

Senja lewat, dinginya juga kelewatan bagi gw, dingin bett, bangett, bingittt *wtf, ga tau berapa derajat yg jelas dinginnst. Gw sendiri mau menciptkan api unggun tapi sulit menyala selalu padam. Setelah masak dan makan malam serta nyeruput bubur kacang aneh yang dibuat temen gw, iya aneh karena rasanya di dominasi jahe doang, lalu karena aneh burcang itu berakhir di akar pohon, di buang. Rencana besok untuk melihat sunrise di atas puncak gede kami semua urungkan karena dikepala kami semua isinya sama yaitu ingin tidur kenyang(baca: nyenyak) di malam minggu di atas hotel bintang seribu. Khususnya gw sih.
Lain kali kalo tidur berbanyak-banyak orang di dalam satu tenda kudu buat aturan ketat tervalidasi, dimana yang ngelakuin as belows :
1.       Buang gas beracun sembarangan denda senilai rupiah yang telah disepakati
2.       Nominal jatuh kepada 20K sebagaimana disebut pada point 1 berlaku kelipatan
3.       Udah itu doang
Malam itu bagi gw ga seperti tidur 3000an Mampir Dari Pada Lelah (mdpl), karena gilaa berisik amat dengan suara2 teriak2 geblek ngeselin, tapi gw jg teriak sih ikut2an. Bahkan yang gw ga setuju itu nyalain mercon di puncak gunung yang dilakuin rombongan lain, parahhh.

Tapi akhirnya gw tidur juga malam itu dan mereka pun sama, mungkin kami semua lelah.

Pagi.
Pagi pertama dalam sejarah hidup gw di atas puncak, dingin lagi pake banget, yaiyalah puncak. Laper juga pake bingitt.
Gw sikat gigi dengan odol yang lolos dari bea cukai, di puncak sebenarnya dilarang bawa detergen atau semacamnya untuk menjaga lingkungan walau sebenarnya kedatangan kami juga udah ngerusak, gw sadar, makanya gw ga mau daki lagi gunung manapun, but no body knows (gofur nyengirr geblek lu,, hahaha).



Mencintai alam itu tidak mesti mendaki, membiarkan pengurus yang di tunjuk pemerintah Negara untuk memelihara dan melestarikan cagar alam ini menurut saya lebih baik. Kalau saja mahal akomodasi untuk wisata pendakian mungkin tercemarnya gunung-gunung didunia bisa di tambah dua kali lipat lebih lama ketimbang murah akomodasinya. Pendaki sejatipun saya yaqin, mereka lebih setuju bila cagar alam terbebas dari aktivitas wisata komersial apapun. Kalau masih ada yang menyanggah dari perkataan pendapat saya berarti Anda bukan pecinta alam sejati. //hadeuuhh… ko gw jadi so bener banget sih. Skip.

Setelah kita semua selesai beres2 logistik, iya gw percepat ceritanya.  Kami semua langsung melanjutkan pendakian menuju puncak gede yang sebenarnya, memakan waktu sekitar ga tau gw lupa, 2 jam an paling. Gw pribadi tidak merasakan capek untuk trek ini, biasa aja. Dan gw paling duluan finish sampe puncak. Yee…., bangga sendiri.

10 sampai 15 menitan kami berdua menunggu rombongan yang masih mendaki menuju puncak dengan semangat 2015nya, gw liat2, diam dan bau belerang tanpa ngobrol mungkin sedang akumulasi nyawa yang terpisah-pisah, halahhh…!

Ye ….. mereka datang *dalam hati gw ngomong*. Langsung pada minum lagi, air bening. Makin rame diatas ternyata, diatas hanya berselfie ria sambil bawa catatan2 yang ingin di liat, tau sendirilah tendensi orang zaman sekarang kan ingin diliat dan diperhatikan. Paada  dasarnya manusia ingin diperhatikan.



Kurang dari satu jam di puncak ini kami berdelapan mulai bicara untuk turun gunung di trek yang sudah ada, kearah utara kalau gw pikir, gw ga liat kompas cuma pikiran gw aja. Disitu ada semacam pegangan seperti jembatan tiang dan bertali besi di bibir jurang. Teman gw memberikan informasi bahwa ada tas gunung temenya yang nyebur ke jurang itu, tragis, untung cm carrier yang nyemplung coba kalo orangnya juga seru banget tuh pasti masuk media dan ngehit tu anak apalagi kalo pas dia nyemplung dan tiba2 keluar sayap dari punggungnya kaya cewek di “X-men first class the movie” pasti jadi popular dan grafik meningkat tajam untuk pendakian ke gunung ini setelah kejadian keluarnya sayap dari punggung anak itu, ngaco gw.

Kurang dari seribu langkah gw turun gunung gw berpapasan dengan cewek yang caem kaya artis di program  TV lokal “selebrity on vacation”, tapi gw pikir ahh.. bukan.
Walaupun judulnya turun, tetep aja capek. Dan tetep istirahat sesekali, tujuanya adalah peristirahatan saat turun yaitu di kandang badak dan disana ada banyak badak, bukan, ada banyak tenda yang didirikan rombongan2 yang menuju puncak. Yang gw tau, jalur pendakian yang ada untuk gunung ini yaitu jalur via gunung putri dan jalur via.. gw ga tau hehe. Via kandang badak juga bisa untuk trek pendakian.

Di kandang badak, kami masak spaghetti yang enak bersyarat, syaratnya satu, laper. Kalau loe pada compare dengan spaghetti konvensional di luaran sana, dijamin, jawab sendiri.
Di trek turun ini, gw merasa seperti di film jurasic park III saat menjejakan kaki sambil melangkah hati2 di jalan berbatu dan disirami kabut belerang serta gelap dan kami butuh headlamp untuk melewatinya, gw ga pake headlamp, ga punya, sengaja ga beli. Beneran ngeri trek 10 meter di jalan ini, di sampingnya jurang hanya di halangi dengan tali yang sebagian udah putus dan hati2 licin di trex ini, teruuss tiba2 di depan udah ada Tyrex yang melotot siap menerkam, kaga…. Gw becanda.
Pos turun terakhir kami istirahat lagi sekitar udah jam 9an malem, ada yang masuk angin dan jackpot man //muntah. Kasian liatnya, gw lupa lagi tuh temen di obatin apaan setelah jackpot, tapi yang jelas sembuh dan bisa ngelanjutin turun gunung, alhamdulilah.

Manusia pembawa sampah kami menyebutnya Trashman melemparkan bawaanya dengan gagah dan berwibawa ke bangunan yang ada tulisan buang *mantan pada tempatnya *sampah maksudnya. Kegiatan trashman itu menunjukan bahwa kami udah sampai dasar gunung. Kami berenti sejenak di warung dan pada saling colok mencolok powerbank, buka sosmed bales atu2, wa,wc,kt, bbm, beeTlk, path, fb, etc. Betapa.. mereka banyak yang mempedulikan, sementara gw kaga. Kaga sedikit, banyak dongg, iya Banyak yang mengabaikan. Paling sms dari Telkomsel yang super sampah itu, hahaha.

Baiklah kita menuju tempat ranger untuk nyari angkot dan pulang, tapi gedebruk temen kita jatuh kepeleset dan sebagian jari dari telapak tangan kanannya terikilir dan pikiranya langsung terpusat pada hari senin uasnya bagaimana, kasian. Dia temen nangis, kita orang jadi kasian semua ngeliatnya, pokoknya jemput gw di cipanas, tandasnya.

Sambil nunggu yang jemput yang sakit, tim cowok semua mulutnya berbusa ngebacot tiada henti dan ngakak dengan tema yang setelah gw compare dari berbagai tempat tongkrongan yang sudah gw alamin ternyata tidak jauh beda temanya kalo udah diatas jam satu pagi, yaitu itu 22+. Dan gw yang ngendaliin pembicaraan kalo yang ini mah. Haha. Ga ko, gw ga se expert demikian.

Om, salaman ma ayah yang sakit. Dan mereka tim cewek pamitan pulang. Kami pun pulang dengan udara dingin di angkot bertarif flat 70rb (lima orang) menuju cipanas setelah perang tawar. Kami berpisah setelah sampai terminal kampong rambutan, gw naik busway yang belum buka loketnya.

Nunggu. Itu busway baru buka jam lima an pagi, dan sebelum jam tujuh tarifnya cm 2rb, yes gw ga ganti banyak e-money temen gw ini. Turun kampong melayu gw beralih ke mikrolet 44 tujuan karet, gw tidur sepanjang jalur kp melayu-karet ini di samping kakak2 cakep kantoran sudirman, kalo ga ngantuk mungkin gw ga bakal ngelewatin pemandangan seger ibukota di Senin pagi hari itu.

No see you next climb, but see you in different place. Overall thanks for everything. #kaloSenggangGwGini #saveMountain

*sorry jika ada kesalahan2
*PM gw aja jika ada yg ga sesuai dgn kesensian manteman (nanti gw edit)
*ini semua hanya tulisan seru2an, ga bermaksud menyinggung, mencela, menghakimi, bully and etc.
*good template for this site? recomend welcome















Comments

  1. Aaaaaaaa... jadi kangen mendaki.. dan ini bakal yang bikin rindu temen kampus kalo kita sudah lulus nanti {}

    ReplyDelete
  2. caaaileee sumargoooo.. ! hahhaaa. *agak strange sihh yaaa. lagi sibuk2 kerja di sms , dikasih link suruh baca blog..hahahahhaha)
    nicestory eimm..#bolang edition, #nice pict *mountain, but although not as good as your love story eimmm.. HAHAHAHHAHAHAHAHAHAAA KIDDING SIHHHH! Biar gak kaku.. hahahaha
    #terus berkibar sumargo..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pengalaman merokok

ROKOK Bila ditanya kapan gw mulai kenal dan mulai ngerokok, jawaban gw adalah pas gw masih duduk di kelas 2 Madrasah. Gila ya, sedini itu gw udah mengenal yang namanya tembakau yang di bakar. Actually, gw saat itu baru cuma sebatas kenal rokok, tapi pas saat gw di jam istirahat ada seseorang guru madrasah membuang puntung rokoknya di halaman sekolah, terus gw pungut dan menghisapnya rokok puntung yang masih nyala itu, cuma hisap dan huhhh keluarin asap, temen sekitar gw pada ketawa. Zaman itu tindakan merokok sudah sangat lazim gw jumpai, terlebih bokap gw adalah smokeharder. Banyak faktor yang membuat gw dengan sendirinya mulai mengenal lebih dekat dengan rokok bahkan sekarang gw bisa di bilang udah menjadi perokok yang aktif semenjak 10 tahun terakhir. Dari faktor genetik, environment dan behaviour. Gw pernah baca artikel mengenai asal seseorang kecanduan merokok yang sumbernya tidak diketahui gw karena lupa, d tulisan tersebut di katakan bahwa perokok terjadi karena faktor

Spectre Thriller

Tulisan ini saya dapat saat di StarBak gambir. Suatu malam setelah bekerja seharian, saya kelaparan. Hari itu mulut dan perut ingin dikenyangkan dengan makanan ala Indonesia. Maka saya memilih sebuah warung di pinggiran mall, warteg. Yaah… warung sekarang bisa berdiri di mal. Makanan  ndeso masuk pasar papan atas. Harganya tentu beda. Mereka menjual makanan rakyat dengan harga setinggi langit, dengan dekor dan pernik perlengkapan makanannya murah meriah. Mau dikatakan itu tidak adil... saya sendiri saja tak tahu adil itu artinya apa. Apalagi tidak adil. Saya memilih tempat duduk di luar, bisa memerhatikan gaya orang lalu lalang berjalan, gaya mereka berdandan. Belum lagi kalau memergoki gaya beberapa pribadi kondang yang acap kali muncul di pasar rakyat papan atas itu. Biasanya, pemandangan semacam itu memancing diskusi dengan teman-teman. Maksudnya, membicarakan kekurangan orang lain. Daripada saya ngegosip yang ga boleh itu, mending saya bahas film yang dinanti, yaitu Mr Doubl