Skip to main content

Kopi

KOPI

Karena ini senggang, gw kepikiran mau nulis tentang kopi dari sudut pandang dan imajinasi gw.

Pertama gw mengenal kopi yaitu pada saat sekolah dasar, itupun kopinya tidak di seduh tapi di gado, kopi yang pertama gw kenal adalah kopi sachetan yang gambar perahu itu. Gw makan kopi, iya dimakan bukan di seduh, yang udah mix dengan gula, memang sih pada seumuran segitu gw pikir lagi seneng2nya makan yang manis2, gw pernah salah beli kopi sachetan, salahnya ga ada gulanya.

Untuk kopi yang di seduh gw awalnya nyicipin kopi punya bokap yang ada di meja, kopi hitam, rasanya manis dan agak pahit, mungkin babeh ga pakai banyak gula. Perasaan setelah minum kopi se seruput itu perut gw merespon sedikit mual, mungkin si perut kaget karena ada zat baru yang masuk ke pencernaan gw.

Sampai gw mengiinjak umur 17an, beranjak dewasa sekitar kelas 2 SMA, gw sama sekali tidak kecanduan kopi. Bahkan dipikiran gw kopi itu tidak enak, umur segitu gw lagi suka2 nya dengan minuman semacam es teh, es campur, es jus dan soft drink dan lainya. Sama sekali tidak tertarik dengan kopi. Kopi bagi gw panas, dan membuat cepet haus.

Bagi gw kopi itu selalu berhubungan sangat baik dengan rokok, semenjak gw lulus SMA gw mulai kerja serabutan dan secara tidak sadar atau bahkan sadar gw sedikit2 minum kopi saat pagi hari, karena lingkungan dan paradigma setiap orang , atau bahkan korban iklan bahwa bekerja di awali dengan segelas kopi terlebih dahulu biasanya, “ngopi heula mang’, ‘ngopi ngapah ngopi (2017)” mungkin inilah awal dari raga gw di install dengan program kopi yg nagih itu.

Gw mulai menikmati kopi, kopi yg pertama gw nikmatin adalah kopi susu, cara gw dalam minum kopi di awal2 ini pun masih amatir, tidak memperhatikan estetika apapun, baik itu temperatur air, perbandingan air, cara mengaduk dan waktu yg tepat buat ngopi. Kadang cara minum kopi masih seperti orang kehausan, cepet abis.
Latte dari kantin, 


Untuk saat ini, bisa di bilang gw udah sangat menjadi suatu kebutuhan dalam hal kopi. Bahkan rasanya selalu ada yang kurang jika gw belum ngopi di hari itu. Dari pengalaman dan meneliti sendiri tentaang rasa dan apa yang dirasakan saat menenggak kopi, gw pikir emang bener lho kalau sudah ngopi itu pemikiran jadi fokus dan nyata ga bikin ngantu, walau beberapa orang berpendapat bahwa walau ngopi gw tetep aja ngantuk.

Setelah di perhatikan dan dialami pastinya, waktu yang pas untuk ngopi menurut gw adalah sekitar jam 10 an siang dan pastikan sudah sarapan. Pagi jam 7an gw sarapan, terus berangkat kerja, jam 10an coffee break, ajibb lah. Cobain!. Dan inget, seduh kopi dengan air yang panas banget yaa biar kopi terekstrak sempurna.

Keep ngopi.





  

Comments

Popular posts from this blog

Naek gunung

puncak Awal minggu kedua dari bulan Mei duaribulimabelas. Begini, gw memakai sarung tangan, masker, sumpal telinga dengan earphone, buka smartphone dan radio on (87,6 fm Jakarta) langsung tancap gas menuju outdoor stores di bilangan Dr. Satrio Kuningan. Geliat keuangan tak diperhatikan dengan seksama/detail yang penting gw dapetin tu barang2, kalap. Walau gw sadar, itu semua barang akan berakhir di tangan adik gw yang udah duluan “gila” dengan tumpukan tanah yang menjulang tinggi ribuan meter di atas permukaan air asin tapi dia belum memiliki nya, lengkap dengan aturan2 sakralnya.  Yaitu yang bernama gunung. Sudah seperti yang berpengalaman saja berada di kios outdoors, padahal mah kaga. Gw belaga so tau dengan istilah2 outdoor equipment, padahal modal browsing sana sini. Jujur  gw. Dan ucapan pertama belaga so tau gw adalah “sleeping bag”. Mas, ada sleeping bag? *dengan tangan kiri melingkar, hohoho. Naik turun milihin jaket buat bergunung ria, kios itu dua lantai. Ga ada yan

Pengalaman merokok

ROKOK Bila ditanya kapan gw mulai kenal dan mulai ngerokok, jawaban gw adalah pas gw masih duduk di kelas 2 Madrasah. Gila ya, sedini itu gw udah mengenal yang namanya tembakau yang di bakar. Actually, gw saat itu baru cuma sebatas kenal rokok, tapi pas saat gw di jam istirahat ada seseorang guru madrasah membuang puntung rokoknya di halaman sekolah, terus gw pungut dan menghisapnya rokok puntung yang masih nyala itu, cuma hisap dan huhhh keluarin asap, temen sekitar gw pada ketawa. Zaman itu tindakan merokok sudah sangat lazim gw jumpai, terlebih bokap gw adalah smokeharder. Banyak faktor yang membuat gw dengan sendirinya mulai mengenal lebih dekat dengan rokok bahkan sekarang gw bisa di bilang udah menjadi perokok yang aktif semenjak 10 tahun terakhir. Dari faktor genetik, environment dan behaviour. Gw pernah baca artikel mengenai asal seseorang kecanduan merokok yang sumbernya tidak diketahui gw karena lupa, d tulisan tersebut di katakan bahwa perokok terjadi karena faktor

Spectre Thriller

Tulisan ini saya dapat saat di StarBak gambir. Suatu malam setelah bekerja seharian, saya kelaparan. Hari itu mulut dan perut ingin dikenyangkan dengan makanan ala Indonesia. Maka saya memilih sebuah warung di pinggiran mall, warteg. Yaah… warung sekarang bisa berdiri di mal. Makanan  ndeso masuk pasar papan atas. Harganya tentu beda. Mereka menjual makanan rakyat dengan harga setinggi langit, dengan dekor dan pernik perlengkapan makanannya murah meriah. Mau dikatakan itu tidak adil... saya sendiri saja tak tahu adil itu artinya apa. Apalagi tidak adil. Saya memilih tempat duduk di luar, bisa memerhatikan gaya orang lalu lalang berjalan, gaya mereka berdandan. Belum lagi kalau memergoki gaya beberapa pribadi kondang yang acap kali muncul di pasar rakyat papan atas itu. Biasanya, pemandangan semacam itu memancing diskusi dengan teman-teman. Maksudnya, membicarakan kekurangan orang lain. Daripada saya ngegosip yang ga boleh itu, mending saya bahas film yang dinanti, yaitu Mr Doubl